Sejumlah Investor Migas Mundur, Rudi: “Indonesia Bukan Lagi Perawan, Jangan Jual Mahal”

BANGGAI , MPI_Pengamat migas Prof. Rudi Rubiandini menilai mundurnya sejumlah investor dari proyek Hulu Migas nasional diakibatkan oleh sikap politik Indonesia yang dinilai terlalu jual mahal.

Ia mengatakan informasi yang didengung-dengungkan tentang jumlah sumber migas Indonesia yang itu tidak benar.

Faktanya dari seluruh dunia Indonesia merupakan negara kedua dari peringkat terbawah dengan sumber migas yang terendah.

Ia menguraikan sikap politik Indonesia lah yang membuat para investor usaha Hulu Migas satu persatu menarik diri dari Indonesia.

Diketahui hingga saat ini sudah ada tiga investor raksasa Hulu Migas yang menarik diri dari Indonesia. Yakni Shell dan Chevron yang menarik diri dari proyek Blok Masela Maluku, Indonesia Deep Water Development (IDD) menarik diri dari proyek di Kalimantan Timur, dan terbaru ConocoPhillips, perusahaan migas berbasis di Houston, Amerika Serikat, yang juga menarik diri dari proyek Hulu Migas di Blok Corridor Sumatera Selatan.

“Kalau diistilahkan seperti seorang perempuan, Indonesia bukanlah seorang perawan, tapi seorang nenek. Dari itulah Indonesia jangan jual mahal. Mundurnya investor dari proyek usaha Hulu Migas memberikan dampak yang sangat besar terhadap sumber pendapatan negara. Jika produksi migas turun maka pendapatan negara akan tergelincir jatuh,” tegasnya.

Ia menambahkan Indonesia seharusnya mampu mengambil resiko dengan mempertahankan para investor usah Hulu Migas. Karena kontribusi usaha Hulu Migas dalam pembangunan di Indonesia sangat besar.

“Selama ini sistem pembagian usaha Hulu Migas itu 15 persen untuk investor dan 85 persen untuk negara. Dalam tahap eksplorasi jika investor gagal menemukan sumber minyak negara tidak akan mengembalikan anggaran yang telah dikeluarkan oleh para investor. Sikap politik Indonesia seharusnya mampu mempertahankan keberadaan para investor yang ada serta menarik para investor baru. Salah satu solusinya dengan menaikan sistem pembagian, 25 persen untuk investor dan 75 persen untuk negara. Faktanya karena sikap politik Indonesia saat ini investor yang ada satu persatu mulai menarik diri dari Indonesia. Dan itu sangat berpengaruh terhadap masuknya para calon investor. Gimana mau ada para investor baru jika investor yang ada saja pelan-pelan mundur dari Indonesia, ini sangat mengancam pendapatan negara ” tutupnya.(putri/dewi/red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *